TERSENYUMLAH BERSAMAKU , TATAP MATAKU, KAMU AKAN TAU BETAPA AKU MENCINTAMU

Jumat, 24 Oktober 2014

J AL MAGHANI




Kita Dan Takdir

Setiap dari kita pernah berada di garis lurus,
Yang pernah disediakan Tuhan untuk kita.
Kita tak haru menyalahkan Tuhan atas apa yang kita alami,
Karena Tuhan telah cukup baik,
bersama takdirnya, DIA telah membebaskan kita untuk
membuat dan menggaris arah hidup kita sendiri

KITA TAK KENAL JARAK





Jarak ‘’... Siapa yang tak kenal dengan jarak, ia dapat menjadi sahabat serta   guru yang mengajarkan kita arti kesetiaan, jarak juga dapat menjadi musuh yang kehadiranya dapat memisahkan setiap insan yang pernah bersatu.
Aku tak akan bercerita tentang jarak, karena mereka telah membuatku tak kenal jarak. Mereka, sahabat-sahabat terhebatku yang telah dengan berani membawaku melawan dan melupakan jarak bersama kesejatian persahabatan.
.........................................
Senja memerah, langit sajikan semburat jinga yang berkobar dibatas horison, sebuah tanda dari alam yang akan menetaskan malam. Tapi aku masi belum beranjak dari alam damaiku, tanganku masi asik memainkan kursor komputer, membuka halaman demi halaman sebuah akun jejaring sosial yang aku miliki.
Ting ... Ting , pandanganku tertuju pada sebuah pesan masuk, tanganku refleks bergerak membuka pesan itu .
“ Aku kangen kangen kalian, aku kangen masa-masa kita yang telah lalu, kangen dengan kebersamaankita “ .... Begitu bunyi pesannya.
Aku masih tak percaya dengan apa yang ku baca barusan, kuulangi membaca pesan itu dari awal, sebuah senyum tipis menggaris di pipiku, aku tak salah rupanya ..
Fikiranku menerawang  jauh, mencoba membaca lembar demi lembar kenangan yang telah tersimpan rapih diruang masa lalu, ada masa dimana 4 anak manusia yang tak sengaja bertemu dan saling karab, tak kusangka lembar kedua saat-saat itu hadir lagi.
Kali ini, persahabatan menunjukan kehebatannya, mengalahkan jarak yang terus berusaha memisahkan kita.




2012 Yang Bisu
Dua tahun berlalu, bangku kelas sekolah menengah pertama sebagai saksi bisu kehebatan 4 anak manusi yang dipertemukan oleh ruang, waktu, dan sedikit peran takdir.
...................... ......................
Bersama pergantian waktu dan peregelaran masa, kita terus memacu roda persahabatan bersama, setiap jengkal hidup, setiap detik kenangan, selalu ada mereka didalamnya.
Sampai akhirnya waktu menunjukan perannya yang lain, ia menciptakan setiap ruang dan arah jalan yang berbeda untuk kita ber-empat.
Waktu mengantarkan Lidya ke sebuah sekolah islam bernama Az-Zadiah Tolai, Suri kesebuah sekolah kejuruan SMK I Parigi, dan Eka yang katanya harus mengikuti bibinya, Sedang aku sendiri melanjutkan studi di SMAN 1 Parigi.
Sedikit keraguan dihatiku, kalau-kalau persahabatan yang telah lama dan susah payah kita bangun akan koyak dimakan jarak dan waktu, serta hanya menyisahkan serakan keping-keping kenangan tak berarti.
Setelah ujian kelulusan berlalu, saat-saat itu menjadi semakin dekat. Saat dimana kita harus saling berucap selamat tinggal, saat dimana kanan dan kiriku menjadi ruang kosong yang tak lagi di penuhi oleh sesak mereka, dan saat dimana kita harus menitikan air mata, melihat satu persatu dari kami pergi dan menghilang.
................................
Musholah adalah saksi bisu kedua setelah bangku kelas, banyak saat kita lewati bersama, di bawah dinding kokoh, kubah besar nan megah, atap yang selalu sigap memberikan perlindungan dari terik mentari dan dersanya hujan, serta angin sejuk yang senantiasa berhembus seperti ingin mengibur, menjadikan musholah sekolah sebagai tempat ternyaman untuk memupuk kebersamaan. Konon di jaman Nabi, Musholah di gunakan sebagai tempat belajar mengajar, rehat, bank, dan lain-lainnya.
Waktu berlalu begitu cepat, setiap bunyi detik seakan menjadi tanda finis persahabatan kita. Pelukan erat  melingkar merekatka kita berempat, dunia erasa hening.  Sebuah kalimat pendek dan suara lembut keluar dari mulut eka, memecah keheningan saat itu.
“ Jangan pernah saling melupakan. Jarak bukanlah alasan untuk berpisah “
Aku tertunduk kaku, alir air mata akhirnya membasahi pipiku, suara isak tangis tak tertahankan. Aku teringat pesan pendek dari novel berjudul Surat Kecil Untuk Tuhan, “ Bagaimana nanti aku bisa di kenang oleh sahabat-sahabatku ? “ .....
Bel sekolah telah ditabuh, sebuah awal baru telah berdiri didepan dan kelulusan dari bangku SMP sebagai garis start untuk kami berempat.
.............................
Hari berubah menjadi minggu, meinggu menyatu menjadi bulah dan susnan bulan melahirkan tahun, semua terlwati tanpa sedikit kabar dari mereka.



AKU MASIH ADA




Jumat, 24 Oktober 2014




Kanari, 1994.


Hal yang ku ketahui dari mereka tentang hari kelahiranku. Hari dimana aku diumumkan menjadi seorang pemenang diantara jutaan sel hidup, yang memeiliki visi sama yaitu menengok dunia untuk beberapa saat. Mungkin juga itu merupakan hari pertama aku menjadi penyebab kedua malaikat hidupku tersenyum.
Aku masi ada, itu harus kupastikan agar usahaku menjadi satu-satunya pemenang dari pertempuran melawan jutaan sel tidak sia-sia. Berdiri pada alam yang baru, terasa menjadi lebih sulit, ternyata disana ada milyaran mahluk asing yang nanti ku ketahui kalau itu adalah Manusia sama sepertiku, sedang menanti kebaikan alam untuk menjadikannya pemenang pada sesi kehidupan kedua nanti.
Aku masih ada, hanya tangisan yang bisa ku persembahkan saat itu, pada mahluk-mahluk asing yang baru kutemui, mungkin aku kebingungan, karena aku baru saja keluar dari kehidupan yang gelap dan hanya ada aku sendiri didalamnya berteman detak jantung.
Aku masih ada, akan kutunjukan pada dunia tentang diriku, dari sebuah tangisan menjadi teriakan menggema, dari sebuah hal kepasraan menjadi pergerakan yang berarti, dari sebuah tubuh lemah menjadi penakluk dunia, dan dari hal yang kecil menjadi sebegitu besr.