jika orang tak kenal satu ditambah satu, apakah ia?
jika orang tak tahu ini mangga itu jambu, siapakah ia?
jika orang tak tahu esok tak pula lusa, kapankah ia?
jika orang tak cinta istri tak pula diri, bagaimanakah
ia?
kudengar dua puluh lima tahun tak ia sentuh istrinya,
konon
kudengar ia tetap bersujud walau rumah dimakan api,
konon
panah pun tak menggetarkan kedipan sejuk shalatnya,
konon
tatkala tarabir disingkap neraka digolakkan ia tak
takjub, sedikitpun
ia menghadiri segala dengan kelembutannya, bak khidir
ia menjadi segala dengan kehendak indahnya, bak simnani
ia menyadari segala dengan lembutkatanya, bak filsuf arabi
ia mencahyai segala dengan sadarterangnya, bak
suhrawardi
bak
cangkir pecah tertuangi air mendidih, begitulah pecinta saat menatap bibir
memerah
tak
terperikan sakit dan perih, nikmat firdausi, ia menjadi wujud, ia menjadi
lembut dan menyadari
kerongkongan
yang haus dan mencekik, saat ia mati kehausan, mustafa datang membawakan
segelas air segar yang bertembangan kau yang kusayang kau yang kupandang
indahnya kefakiran sejati
adalah begitu bodohnya sang hamba hingga nyaris-nyaris tuhan terpingkal
menatapi ketololan hambafakirnya, dan nyaris-nyaris ia meratap melihat derita
kustafakirnya, dan nyaris-nyaris ia memeluk melihat gemetaranfakirnya, dan
nyaris-nyaris ia berteriak Aku adalah engkau duhai kekasihdho`if duhai
kekasihmahamanja duhai kekasihkuyangtakterurus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar