TERSENYUMLAH BERSAMAKU , TATAP MATAKU, KAMU AKAN TAU BETAPA AKU MENCINTAMU

Kamis, 29 Mei 2014

Bahari Ketunggalan




di anjang sana, di anjang sana, terbentang samudera ribuan bahari
para kelasi terbenam di sana, perahu juga, Bodhidarma sang pengelana mungkin juga
Tuhan tenggelam di palung bahari, di karangnya dan di buih gelembungnya
Khidir ,- airmata-Nya-, kesendirian-Nya,  menangis sendiri di dasar bahari
dar mashrab-i-Shuttar na bashad Fana,
Nist ba juz maani-i-inni Ana
dalam religi Shuttar, tak ada Fana
Tak ada apa-apa di dalamnya kecuali “ Aku adalah Aku”[1]

kau adalah Aku yang bertiraikan cadar-hehijaban dirimu
dan aku adalah Kau yang bersandaran tongkat rapuh ‘aku`
Qays, si Majnun, adalah Laila yang menyembunyikan merah pipinya dalam detak jantung lelaki tampan
Aku, Sang Kesadaran, adalah Tuhan yang memerah malu, Ia sembunyikan rona pipi-Nya di dalam Aku

Ia-lah Kesendirian Yang takkan dan takkan menikmati  Surya-cengkerama
tak pula bergurau, berkasih-mesra, berkicau ceria
Ia-lah Wangi perih Kesendirian, bak setangkai mawar tanpa daun
tak juga ranting, tidak pula batang bahkan onak dan duri





Tidak ada komentar:

Posting Komentar